quickedit{ display:none; }

KLIK NAMA JODOH ANDA

ayo klik anda dapat uang

Social Icons

Jumat, 11 Januari 2013

Tokoh Riwayat Islam


Para ilmuan biasanya mengenalkan buah pemikiran lewat karya-karya yang mereka tulis. Ayatullah Javadi Amoli adalah salah seorang ulama besar yang punya keahlian dalam menuliskan pemikirannya untuk dimanfaatkan para pencinta ilmu. Dengan menilik karya-karyanya kita akan mendapatkan bahwa filsuf besar ini sangat peduli untuk mengajak manusia mengenal jatidiri masing-masing. Sebab manusia adalah makhluk yang hakikatnya mempunyai berbagai dimensi yang agung.
 
Dalam satu hadis Nabawi disebutkan bahwa orang yang mengenal dirinya berarti mengenal Tuhannya. Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia. Para ulama mengatakan bahwa untuk mengenal manusia, semua kulit luar yang ada harus disingkirkan sehingga hakikatnya akan nampak di depan mata. Dengan persepsi yang demikian, Ayatullah Javadi berusaha mengenalkan hakikat manusia lewat karya-karyanya untuk para pembaca.
 
Perempuan adalah wujud yang ciptaan sangat agung. Berbagai agama, madzhab dan ideologi punya pandangan masing-masing terkait hakikat wujud perempuan. Sebagian memandangnya dengan sinis dan menganggapnya sebagai makhluk kerdil yang jauh lebih rendah dibanding kaum pria. Sebagian membawanya kepada jalan yang menyimpang dan tanpa tujuan. Untuk menunjukkan keagungan wanita dalam pandangan Islam, Ayatullah Javadi memberikan judul yang indah untuk bukunya yang membahas tentang perempuan. Judul buku itu adalah, Zan dar Aineye Jalal va Jamal' yang artinya, ‘Keindahan dan Keagungan Perempuan'.
 
Di bagian awal buku ini, sang penulis menjelaskan kedudukan dan peran wanita seperti yang dijelaskan oleh al-Quran al-Karim. Beliau menyatakan bahwa asal penciptaan laki-laki dan perempuan adalah satu. Secara esensial, tak ada yang melebihkan laki-laki di atas perempuan. Artinya, jika sebagai manusia, laki-laki bisa mencapai puncak kesempurnaan insani tertinggi, perempuanpun punya potensi yang sama. Ayatullah Javadi menegaskan, "Para Nabi menyeru manusia kepada tiga asas, mengenal asal penciptaan, mengenal hari akhir, dan mengenal nabi. Mereka tidak menujukan seruan dan ajakan hanya kepada kaum pria, tapi sebaliknya mereka juga menyerukan hal yang sama kepada kaum perempuan. Di ayat 108 surat Yusuf, Al-Quran al-Karim lewat lisan Nabi Saw menyatakan, ‘Aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru umat manusia kepada Allah'. Seruan ini meliputi semua orang dan tidak dikhususkan hanya kepada kaum laki-laki."
 
Di bagian lain buku tersebut, Ayatullah Javadi menyinggung ayat 10-12 surat al-Tahrim yang menyebutkan beberapa perempuan sebagai permisalan. Perempuan agung dalam sejarah seperti Maryam putri Imran, Asiah istri Firaun dan lainnya disebut sebagai teladan yang baik untuk ketuhanan. Menurut beliau, keteladanan ini bukan diperuntukkan hanya untuk kaum perempuan tapi juga kaum pria juga diseru untuk meneladani mereka.
 
Ayatullah Javadi Amoli bukan saja ulama dengan pengetahuan agama yang luas, tapi beliau juga seorang arif dan sufi yang punya mata hati. Menurut beliau, irfan dan sufisme tidak mengajak manusia untuk mengucilkan diri dari masyarakat. Tapi irfan yang benar justeru mengajak manusia untuk terlibat dalam kehidupan sosial dan membimbing orang lain di jalan ini. Untuk menjelaskan masalah ini Ayatullah Javadi menulis buku berjudul ‘Hamaseh va Erfan' yang berarti gelora dan irfan. Dalam buku ini beliau menjelaskan bahwa irfan dan semangat perjuangan adalah dua hal yang berhubungan sangat erat. Diantara yang dibahas dalam buku ini adalah kisah perjuangan Imam Husein di hari Asyura di Karbala. Menurut beliau peristiwa Asyura yang berlangsung kurang dari satu hari dan terjadi di sebuah lokasi kecil telah menjadi peristiwa yang abadi. Sebab, para pelaku kisah ini adalah orang-orang suci yang mengkombinasikan perjuangan heroik dengan irfan yang murni.
 
Dalam buku lainnya yang membahas tentang perjuangan Imam Husein as, Ayatullah Javadi menyebut peristiwa Asyura sebagai buah dari cara berpikir Imam Husein yang logis dan matang. Dengan berbekal pada prinsip bahwa setiap revolusi mementaskan cara pandang dan pemikiran para pemimpinnya, Ayatullah Javadi menyatakan bahwa pemikiran Imam Husein sebagai pemimpin kebangkitan Asyura bisa dilihat dari perilaku dan kata-kata beliau sepanjang perjalanan ke Kufah atau doa-doa beliau.
 
Diantara yang menjadi perhatian Ayatullah Javadi adalah masalah pengenalan agama Islam kepada umat manusia sebagai agama yang menjamin kebahagiaan hakiki manusia. Untuk itu beliau menulis buku berjudul Entezare Bashar az Din atau ‘apa yang diharap manusia dari agama'. Di buku ini Ayatullah Javadi menjelaskan bahwa agama Ilahi adalah kumpulan dari hukum Allah, akidah dan ketentuan yang diturunkan Allah untuk membimbing manusia supaya bisa mengekang hawa nafsu dan memperoleh kebebasannya…
 
Mengenai akal manusia yang tidak sempurna, Ayatullah Javadi mengatakan, "Akal tidak cukup mampu untuk membimbing manusia kepada kebahagiaan. Untuk berkembang dan mengenal sejumlah hakikat, akal memerlukan bantuan agama. Sebab akal tidak mampu mencerna banyak hal, dan akal juga kesulitan membedakan mana yang hakdan mana yang batil. Agamalah yang membantu akal menafsirkan makna kehidupan, mengenal dunia, mengenal asal penciptaan dan hari akhir."
 
Ayatullah Javadi meyakini bahwa agama memberikan makna kepada kehidupan manusia. Dengan agama, kehidupan akan keluar dari kenihilan dan kesia-siaan. Secara naluriah, manusia memiliki sederet pertanyaan di benaknya yang memerlukan jawaban. Dari manakah aku datang? Untuk apa aku berada di dunia ini? Ke manakah aku akan pergi? Agama menjawab pertanyaan-pernyataan seperti ini. Ayatullah Javadi Amoli mengatakan, "Secara jujur harus dikatakan bahwa akal manusia tidak bisa memberikan jawaban yang benar akan pertanyaan-pertanyaan ini. Karena itu, pertanyaan-pertanyaan ini masih ada dan manusia tidak pernah bisa memahami makna kehidupan dengan baik." Dengan menjelaskan awal penciptaan dan filosofis penciptaan manusia, agama memberikan makna kepada kehidupan.
 
Ayatullah Javadi dalam kitab Entezare Bashar az Din  menjelaskan bahwa kehidupan sosial manusia harus diatur dengan hukum agama dan Ilahi. Sebagai makhluk sosial yang cenderung hidup bermasyarakat, manusia memerlukan kehadiran undang-undang yang mengatur kehidupan sosial. Undang-undang itulah yang mencegah terjadinya kekacauan dan semua orang harus tunduk dan mentaatinya. Tentunya, undang-undang dan aturan akan sempurna jika pembuat aturan itu mengenal segala seluk beluk manusia dan kehidupannya. Sementara, kepatuhan kepada undang-undang dan aturan itu akan terjamin ketika manusia menyadari bahwa pembuatnya adalah wajib ditaati. Untuk itulah para nabi ke tengah umat manusia sebagai pembawa pesan dan undang-undang Ilahi serta mengajak mereka untuk mematuhi Allah dan meninggalkan larangan-Nya.(IRIB Indonesia)
 
sumber:google blog,

0 komentar:

Posting Komentar

rank

iklan

Connect With Us

Instructions

Pages

BTricks

welcome to my blog taufik psycho

Blogger templates

Resource

ads ads ads ads

Site Map

welcome my blog taufik psycho.com

Advertise


free counter

Recomended